Berkebun Lada Sebagai Mata Pencaharian dan Aset Tambahan yang Menjanjikan

Agustus 18, 2023

 

Oleh: Putri Wulan Dari

(Mahasiswa Sastra Inggris Universitas Bangka Belitung)



Image Source: Limakaki.com
 

    Lada sendiri merupakan komoditas perkebunan khas Bangka Belitung yang dikenal dengan nama "Muntok White Pepper". Nama tersebut digunakan karena dahulu seluruh kegiatan ekspor lada di Bangka selalu dilakukan melalui Pelabuhan Muntok. Selain itu, alasan lain diberi nama tersebut karena lada atau sahang (bahasa setempat) pada awalnya dibudidayakan di kota Muntok yang letaknya di sebelah barat Pulau Bangka.

 

    Namun, lada juga ditanam di Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat yang kemudian menyebar di arah barat, yaitu Desa Dalil dan Desa Petaling di Kabupaten Bangka. Sayangnya, karena adanya serangan penyakit kuning dan penurunan kesuburan tanah, Muntok dan Jebus tidak dikenal lagi sebagai sentra lada. Sentra lada kemudian bergeser ke wilayah tengah dan selatan Pulau Bangka, yakni Kecamatan Payung dan Toboali di Kabupaten Bangka Selatan. Meskipun demikian, Muntok tetap dikenal di pasar internasional sebagai nama lada putih dari Bangka Belitung dengan nama ”Muntok White Pepper”.

 

    Sejarah awal lada putih bangka telah ada sejak tahun 1880-an. Pada tahun 1869, pemerintah Belanda membawa sebuah tim ahli Botani yang dipimpin oleh Johannes Elias Teijsmann ke Bangka untuk mendorong pertumbuhan tanaman lada sebagai pendukung penambangan bijih timah yang berkelanjutan. Tim Teijsmann melakukan seleksi bibit unggul dan mengembangkan sistem junjung sebagai bagian dari upaya pengembangan tanaman lada di area bekas penambangan bijih timah tersebut.

 

    Selanjutnya, pemerintah kolonial Belanda merekrut pekerja Tionghoa yang bekerja di tambang timah dan kemudian pindah ke pertanian. Mereka merawat lada ketika mereka selesai bertambang timah. Yang mana hal tersebut juga dilakukan oleh masyarakat Bangka sampai saat ini. Para pekerja tambang pun merawat lada tersebut dari pembibitan sampai memanennya. Berkat curah hujan yang melimpah, nutrisi tanah yang unik, dan paparan sinar matahari yang baik, Pulau Bangka menghasilkan lada Muntok putih dengan rasa yang unik.

 

    Lada ini juga dikenal sebagai lada yang sangat baik dan menikmati reputasi yang baik di dunia karena ditanam oleh petani yang mengutamakan kualitas. Untuk menjaga kualitas dan keunikan Muntok White Pepper, produk ini juga terdaftar dalam Sistem Perlindungan Indikasi Geografis. Muntok White Pepper memiliki aroma dan rasa pedas yang kuat serta kandungan piperine yang tinggi. Lada ini bisa digunakan untuk berbagai keperluan memasak, mulai dari bumbu perendam hingga penyedap aneka masakan gorengan dan saus. Bumbu ini pasti membuat semua jenis makanan menjadi lebih enak.

 

    Menjelang awal abad ke-20, petani pribumi yaitu orang-orang Melayu mulai tertarik menanam lada. Hal itu tak bisa lepas dari mudahnya mengurus tanaman lada dan cocok diintegrasikan dengan tanaman ladang. Yang mana seperti yang kita ketahui, orang pribumi biasanya menanam tanaman mereka dengan cara tumpang sari. Pengertian dari tumpang sari adalah bentuk penanaman dua atau beberapa jenis tanaman dalam satu lahan yang sama. Hal tersebut beriringan dengan mudahnya menjual komoditas itu dengan harga tinggi.

 

    Selain itu, Pemerintah Hindia Belanda memberikan kemudahan kepada warga pribumi untuk menanam lada sehingga lada menjadi tanaman yang disukai pribumi. Kemudahan itu berupa pemberian insentif bagi pribumi dan tidak perlu izin menanam lada seperti yang dikenakan kepada orang Tionghoa. Selain itu, Pemerintah Hindia Belanda hanya mengenakan syarat agar lokasi kebun harus paling sedikit berjarak 1,5 kilometer dari tambang timah dan pekebun lada tidak dikenai pajak penanaman lada. Pajak hanya dipungut oleh penguasa lokal 1 persen dari penjualan.

 

    Jenis-jenis lada yang ditanam di Bangka ada beberapa macam seperti lada merapin, Chunuk, Lampung Daun Kecil (LDK), Lampung Daun Lebar (LDL) dan Jambi. Kita bisa memilih satu atau beberapa jenis lada untuk ditanami. Untuk melakukan kegiatan berkebun lada ini, berikut adalah hal-hal yang dilakukan untuk melakukannya. Pertama, kita harus menyediakan lahannya terlebih dahulu. Kemudian, pohon-pohon yang berkayu besar ditebang dan semak belukar dibersihkan. 

 

    Setelah itu, sisa-sisa pohon tadi dibiarkan mati selama beberapa waktu. Jika sudah mengering, sisa-sisa pohon dibakar beserta akar-akarnya sedikit demi sedikit. Kemudian, lahan ditinggal sampai benar-benar bisa ditanami. Langkah selanjutnya adalah memasang patok kayu untuk menentukan barisan tanaman lada sekaligus sebagai tonggak sementara tanaman lada yang masih kecil. Di dekat patok kayu sebelumnya, kita harus membuat lubang untuk menanamnya. Lalu, taburkan kapur dan pupuk kandang pada lubang tersebut. Bibit lada ditanam dan sisa lubang dengan tanah ditutup. 

 

    Lada yang sudah ditanam harus ditutup dengan dedaunan atau disebut jermun untuk melindungi tanaman dari sinar matahari. Jika lada sudah mulai meninggi, jermun dibersihkan dan dipasang junjung. Junjung adalah tonggak kayu yang digunakan untuk tanaman lada merambat. Ukuran diameternya sekitar 25 sentimeter dengan tinggi antara 2 hingga 3 meter. Junjung ini dipilih dari kayu yang kuat dan tahan lama. Setiap pohon lada merambat membutuhkan satu junjung sebagai pendukungnya.

 

    Itulah beberapa hal yang berkaitan dengan tanaman lada. Seperti yang kita ketahui, lada merupakan salah satu komoditas rempah yang memiliki potensi yang menjanjikan untuk dikembangkan. Hal tersebut dikarenakan lada memiliki harga yang tinggi di pasaran, terutama lada putih. Dengan demikian, lada bisa menjadi investasi tambahan bagi masyarakat Bangka di samping melakukan pertambangan timah ataupun sektor lainnya. Ditambah perawatannya pun tidak terlalu sulit untuk dilakukan dan tanah di Bangka cocok untuk tanaman lada ini.

 



-----------------------------------------------------
TENTANG PENULIS



Putri Wulan Dari, Mahasiswa Semester 7 Jurusan Sastra Inggris Universitas Bangka Belitung.










You Might Also Like

0 komentar