AROGANSI ILMU
Desember 10, 2021 Oleh: Agustri
Perdebatan ilmu, baik itu ilmu agama maupun ilmu duniawi bukanlah suatu pembicaraan yang asing di telinga kita. Dari sejak Indonesia merdeka hingga saat ini, perdebatan antara para peneliti ilmu selalu saja memiliki perdebatan terkait opini mereka yang mungkin pada hakikatnya hanya terdapat perbedaan yang tidak terlalu signifikan. Dari semua perdebatan ilmu yang ada, satu contoh perdebatan ilmu yang tentu tidak asing di telinga kita sebagai muslim dan muslimah adalah perdebatan ilmu agama yang acap kali dilakukan bahkan dilakoni oleh para pemuka agama. Bukannya merasa malu dan sadar bahwasanya kita semua hanyalah hamba Allah SWT yang tidak memiliki otoritas untuk memutlakkan ilmu atau pengetahuan yang kita dapatkan, para pemuka agama justru saling hiruk-pikuk dalam mempertahankan ilmu agama Islam yang mereka dapatkan yang mana sumbernya bukan murni dari Al-Qur’an dan Hadist. Bahkan, seringkali dari arogansi ilmu agama tersebut, perdebatan mereka menghasilkan sikap saling merendahkan satu sama lain yang berujung dengan hilangnnya adab sebagai pemuka agama dan munculnya bibit kesombongan dalam relung hati.
Dalam hal ini, saya sebagai penulis tidak akan mengajak untuk terprovokasi oleh kejadian arogansi ilmu agama diatas. Namun, perlu kita ketahui walaupun terdapat banyak pandangan, pendapat, bahkan aliran ilmu agama seperti yang saya sebutkan, bukan berarti adanya perbedaan tersebut merupakan salah agama Islam atau salah Nabi dan Rasul yang berbeda-beda menyampaikan wahyu atau ajarannya, namun itu semua murni terjadi karena sifat manusia itu sendiri yang lupa akan hakikat asal-muasal ilmu yang ia dapatkan.
Beralih dari arogansi ilmu agama yang ada di Indonesia, dalam pengkajian ilmu universal lainnya yakni “Filsafat Ilmu” sebenarnya sudah ditegaskan bahkan diterangkan juga bahwa pada hakikatnya tingkat atau derajat kepentingan suatu bidang ilmu dengan bidang ilmu lainnya itu sejajar atau sama rata dan sama-sama memiliki kepentingan serta kegunaannya masing-masing dalam pengaplikasiannya pada kehidupan sehari-hari. Maka, tentu merupakan kesalahan yang sangat fatal jika kita mencoba melakukan pembandingan atau membandingkan suatu bidang ilmu dengan bidang ilmu lainnya.
Filsafat sendiri adalah sebuah cara pandang manusia mencari ilmu sekaligus dengan kebenaranya yang mana ditelusuri atau dikaji terus hingga ke akar nya akar atau dalam kata lain, mencari ilmu dengan filsafat ibarat mencari jerami di dalam jerami. Ilmu akan terus dicari, diteliti, dipahami, hingga akhir hayat atau kematian mendatangi manusia. Kita ketahui bahwa filsafat adalah induk dari semua cabang atau bidang ilmu. Namun, seiring berkembangnya zaman, pada akhirnya filsafat pun ikut larut kedalam bagian dari percabangan ilmu itu sendiri atau dengan kata lain filsafat saat ini sudah terkhususkan oleh zaman.
Kembali lagi terkait arogansi ilmu. Jikapun ingin membandingkan penguasaan keilmuan kita dengan baik, maka bandingkanlah keilmuan kita dengan ilmu yang sebidang dan disertai dengan niat untuk saling berbagi dan melengkapi. Dengan begitu, kita bisa berbagi keilmuan dan memupuk kesadaran bahwa meskipun kita ahli di suatu bidang, tentu kita pasti awam di bidang ilmu yang lain dan tidak menyombongkan bidang keilmuan yang kita spesialisasikan.
Dalam agama Islam, kita sebagai muslim dan muslimah tentu pernah mendengar sabdanya Baginda Rasulullah Sallallahu Alaihi Wassalam yang berbunyi “Antum a’lamu bi umuri dunyakum”, yang artinya “kamu sekalian lebih mengetahui urusan duniamu”. Hadist ini menerangkan kepada kita bahwa kita tidak perlu merasa lebih baik (lebih pintar) daripada manusia yang lainnya, terutama dihadapan orang yang ilmunya tidak sepadan atau tidak sebidang dengan ilmu yang kita pahami.
0 komentar