Agama Cinta

Agustus 10, 2021

 


Oleh: Hamdika Al Kahfi
(Mahasiswa llmu Tafsir UIN Sunan Gunung Djati Bandung)

Ohh indahnya dunia..
Ketika cinta menjadi dasar segala.
Beragama dengan cinta laksana
Bersenggama dengan bidadari dunia.

Kebaikan tersebar di mana-mana.
Berkat cinta Tuhan yang Maha Kuasa.
Kuasa Tuhan yang mutlak menjadikan
Keberagaman yang tak dapat disatukan.

Bagaikan banyaknya jalan menuju suatu destinasi.
Para petapa suci mengambil jalannya sendiri-sendiri.
Muhammad dari arab, Siddharta Gautama dari India, Zarathustra dari Persia,
Dan petapa suci lainnya mengambil jalan yang berbeda-beda.

Banyak jalan menuju roma.
Semua jalan tersebut hakikatnya menuju destinasi yang sama.
Yaitu kepada Tuhan yang Maha Kuasa.
Tetapi benarkah demikian kebenarannya?
Benarkah semua agama menuju Tuhan yang sama?

Oh cinta ini..
Kadang-kadang tak ada logika
Abaikan irama lagu yang terngiang dalam kepala.
Karena itu bukan hanya sekadar bait lagu saja.

Benar-salah tiada berguna.
Dalam agama cinta semuanya sama.
Benar atau mungkin benar.
Tak ada agama yang salah menurut cinta.
Itulah pluralisme agama.

Oh cinta..
Karenamu mataku buta, telingaku tuli, hatiku mati.
Oh cinta..
Keadaan itu kau ganti dengan mata baru, telinga baru, dan hati yang baru.
Perasaannya saja seperti mempunyai mata, telinga dan hati.
Tetapi hakikatnya semuanya benar-benar tidak berfungsi.

Tak apa, asalkan meyakini agama cinta,
semua orang tak peduli agamanya apa.
Berhak bersulang dengan gelas emas di dalam surga.


----------------------------------------

BIODATA PENULIS




Hamdika Al Kahfi, Mahasiswa IT (Ilmu Tafsir) di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Sedikit membaca banyak berpikir, pengen jadi orang sukses tapi males, idealis (biar keliatan kayak mahasiswa kritis bos), optimis, juga realistis.


You Might Also Like

0 komentar