INNER CHILD : TERJEBAK DENGAN MASA KECIL YANG TERABAIKAN

Agustus 29, 2021

 Oleh: Naswa Alyssa Azahra

(Mahasiswi Sastra Inggris FISIP Universitas Bangka Belitung)
 

 
Image Source: Golife.id
 
 

Saat usia dewasa terkadang kita merasa ada tingkah laku yang terasa tidak asing dan pernah dialami sebelumnya. Sebagian orang dewasa tidak menyadari dan terus tumbuh tanpa tahu dan kenal lebih dalam tentang dirinya. Ketika dewasa kemudian mudah marah dan berteriak, sering merasa tersinggung, bahkan dengan mudah memutus relasi sosial. Mengapa banyak orang berlaku demikian?

Apakah itu adalah inner child dalam diri kita?

Sebenarnya apa itu inner child?

    Dalam bukunya yang berjudul Home Coming: Reclaiming and Championing Your Inner Child (1990), John Brasdshaw mengungkapkan bahwa inner child merupakan istilah sebuah konsep untuk menjelaskan ada bagian dari diri kita sendiri berupa sosok anak kecil yang perlu dicintai dan dirawat. Bagian dari diri yang tidak ikut tumbuh dewasa dan tetap menjadi anak-anak bisa digambarkan sebagai inner child, bagian ini bersembunyi dan terus menetap di dalam diri. Setiap ingatan dan emosi yang pernah dialami saat masih kecil, baik yang indah maupun yang buruk digenggam erat oleh inner child. Setiap orang memilik kondisi inner child yang berbeda, baik atau dalam kondisi trauma maupun bermasalah. Penanganannya pun tidaklah sama. Karena itu tergantung dengan kenangan masa kecil yang kita punya.

Apa yang menyebabkan inner child terluka?

    Sebenarnya, ada banyak hal yang dapat menjadikan inner child di dalam diri terluka. Sebagian dari penyebabnyapun tampak seperti hal yang wajar terjadi pada saat usia anak-anak. Namun, saat peristiwa itu terjadi dan kita harus menghadapinya sendiri, maka perkembangan diri menuju dewasa akan menjadi terpengaruh. 

    Berbagai faktor yang mungkin dapat menjadi penyebab inner child di dalam diri terluka yaitu, ketika kehilangan orangtua/wali dan keluarga dekat. Broken home, mengalami kekerasan fisik, emosional, atau seksual, pengabaian, penyakit serius, perundungkan atau bullying dan peristiwa menyakitkan lainnya. Ketika pernah mengalami dan menghadapi peristiwa tersebut sendiri, memungkinkan terbentuknya hal yang membuat terluka inner child yang ada dalam diri kita.

Apa tanda inner child sedang terluka?

    Ketika inner child dalam diri kita sedang terluka, maka akan memiliki tanda, yaitu jika merasa bahwa dunia bukan tempat yang aman, mungkin ada trauma masa kecil mendalam yang pernah dirasakan bahwa kita terluka dan membuat cara pandang diri terhadap dunia melukai inner child tersebut.

    Ada beberapa ciri yang harus diperhatikan seperti merasa ada yang salah dengan diri kita, insecure, selalu berusaha menyenangkan semua orang, susah move on, mudah marah dan tersinggung, sering merasa cemas jika dihadapkan dengan sesuatu yang baru, takut ditinggalkan, selalu mencurigai orang lain. Bagi sebagian orang, penyebab luka masa kecil sangat mudah dipahami karena tampak. Kekerasan fisik yang dialami ketika kecil sebagai contoh penyebab berbagai masalah emosi yang rasakan saat beranjak dewasa.

    Namun, bagi sebagian lainnya penyebab luka masa kecil yang tersembunyi tidak mudah untuk diidentifikasi. Artinya, faktor yang membentuk amarah atau perasaan-perasaan negatif tertentu saat ini yang tidak bisa dijelaskan hanya dengan kata, kita sendiri mungkin tidak tahu pengalaman apa yang terjadi di masa lalu.

Apa yang bisa dilakukan ketika inner child terluka?

    Pada dasarnya, yang bisa mengatasi sisi inner child yang hidup dan tumbuh di dalam diri hanyalah kita sendiri.

    1. Menemukan dan melepaskan emosi yang direpresi (dipendam/ditahan)

        membantu kita mengenali kebutuhan yang belum terpenuhi selama ini.

    2. Meningkatkan cara-cara self-care seperti mengatakan "Tenang, saat ini kamu baik-baik saja, aku             tetap menyayangimu"

    3. Bantu diri kita menjadi pribadi yang lebih kreatif, menyenangkan dan meningkatkan self-respect.

            Ada sebuah metafora tentang inner child yang dikemukakan oleh Bradshaw yaitu: “Ada kasih sayang yang hadir saat kita melihat seorang anak kecil. Pemikiran bahwa diriku yang dewasa merawat dan mengasuh anak kecil yang terluka dalam diri saya (inner child)  tidak memiliki ayah, mengalami banyak rasa sakit, kesepian, ketakutan, kehampaan, sangat membantu.”

            Perlu kita ingat bahwa proses menyembuhkan luka batin yang dialami inner child kita butuh proses panjang. Apalagi yang sudah dewasa, sudah puluhan tahun kita tekan hal-hal tidak menyenangkan itu. Sisihkan waktu untuk berdialog dengan diri kita “versi kanak-kanak” meyakinkan bahwa kita telah dewasa dan hidup di masa sekarang tanpa harus mengkhawatirkan hal yang pernah terjadi di masa lampau. Sadari bahwa diri kita sisi yang butuh untuk dicintai, dirangkul, diperhatikan, dan diterima keberadaannya yaitu inner child kita.

            Yakinkan padanya saat ini kita aman, baik-baik saja, dan kini kita diterima serta dicintai. Mengabaikan hubungan diri dengan inner child di masa lalu justru akan menjadi rantai derita yang tidak berujung hingga lahir generasi inner child berikutnya yang dapat berdampak pada masa yang akan datang. Sudahi rantai derita pada diri kita saat ini. Rasa sakit yang turun-temurun ini cukupkan hanya pada diri kita sekarang dan tidak meneruskan ke generasi selanjutnya. Bagaimanapun keadaannya, sayangi, akui, sadari, terima, dan cintailah inner child dalam diri. Temukan kebahagiaan dengan diri kita yang sekarang, rasakan merdeka tanpa terjebak masa kecil yang dulu terabaikan, dan tentunya ciptakan masa depan yang lebih baik sebagai bentuk cinta kepada diri sendiri.

 

 

You Might Also Like

1 komentar