DISKUSI BULANAN LABORATORIUM 2 “Meneladani Spirit Kartini: Peran dan Partisipasi Perempuan dalam Menghadapi Pandemi Covid-19”

April 26, 2021

 Oleh: Putra Pratama Saputra

(Kepala Laboratorium Rekayasa Sosial FISIP UBB)



Jurusan Ilmu Sosiologi, melalui Penyelenggara Laboratorium Rekayasa Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Bangka Belitung yang dikepalai oleh Putra Pratama Saputra, MPS.Sp baru saja melaksanakan Diskusi Bulanan Laboratorium dalam bentuk Diskusi Bulanan Laboratorium 2 yang bertajuk “Meneladani Spirit Kartini: Peran dan Partisipasi Perempuan dalam Menghadapi Pandemi Covid-19”, yang dilaksanakan melalui secara online melalui aplikasi Zoom, pada tanggal 21 April 2021. Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan rutin tahunan yang dilaksanakan oleh Laboratorium Rekayasa Sosial.

 


Hadir dalam kegiatan Diskusi Bulanan Laboratorium 2 tersebut yang turut menjadi narasumber utama adalah Hj. Melati Erzaldi, S.H yang merupakan Ketua TP PKK Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Selanjutnya, Ayen Arsisari, M.Pd yang merupakan Dosen dan Juara I Ibu Muda Berkarya 2017. Sementara itu, turut hadir Kiki Listari, S.IP., M.M yang merupakan Dosen di IAIN SAS Bangka Belitung sebagai moderator di dalam kegiatan Diskusi Bulanan Laboratorium 2 kali ini. Peserta kegiatan Diskusi Bulanan Laboratorium 2 hadir dari mahasiswa jurusan sosiologi, ilmu politik, dan sastra inggris, mahasiswa fakultas lain dilingkungan Universitas Bangka Belitung, serta mahasiswa umum dari berbagai kampus dan instansi pemerintahan.

 


 

Dalam paparan diskusinya, Hj. Melati Erzaldi, S.H mengatakan bahwa Tanggal 21 April merupakan sebuah momentum dimana seorang wanita yang memiliki kecerdasan yang berusaha mendobrak suatu keterbelakangan pendidikan khususnya bagi perempuan. R.A Kartini merupakan seorang wanita penggagas terlahirnya emansipasi wanita, yang menurutnya wanita juga penting dalam memperoleh pendidika, salah satu karya Kartini yag begitu fenomenal ialah “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Seorang kartini seorang perempuan yang renal/pemberontak yang menciptakan emansipasi perempuan. Hal tersebut dilatarbelakangi bahwa Kartini merasa tidak puas atas pekerjaan wanita yang hanya mencangkup di dapur, disumur dan di kasur. Oleh karena itu, Kartini melakukan pemberontakan sehingga dapat mendobrak suatu gerakan wanita yang tidak hanya mengikuti tatanan seperti itu tapi wanita bisa melakukan hal lain yang didapat dilakukan oleh pria. Pandemi Covid-19 membuat semua menjadi diam, dimana tidak ada aktivitas yang dilakukan. Sebuah organisasi PKK yang didominasi oleh perempuan yang kemudian membuat suatu program, yakni program bantuan alat cuci tangan. Dimana organisasi ini juga memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang virus Covid-19. Menurutnya perempuan itu harus dituntut cerdas dan menggunakan akal pikirannya dalam menanggapi berita hoaks, yang dimana dimasa pandemi ini banyak berita-berita yang belum tentu kebenaranya tapi sudah di sebarluaskan. Banyak yang menjadi pelakunya, salah satunya adalah wanita. Wanita menjadi penyambung lidah tentang informasi yang belum tentu kebenarannya. Intinya ialah bagaimana spirit kartini ini dijadikan sebagai momentum dimana wanita dituntut cerdas dalam melakukan apapun.

 


 

Lebih lanjut, Ayen Arsisari, M.Pd mengatakan bahwa hampir 50% perempuan mempunyai peranan penting tentang perkembangan bangsa. Bagaimana kartini ini berada dalam lingkungan yang dimana pendidikan bukan hal yang penting bagi seorang wanita. Banyak keadaan yang terpuruk ini akibat dari pandemi Covid-19, diantaranya bidang ekonomi, pariwisata, pendidikan dan kesehatan. Dimana spirit kartini ini membuat kita untuk bangkit dari musibah Covid-19. Banyak peran wanita dalam masa pandemi Covid-19, misalnya menjadi ibu rumah tangga. Dimana peran ibu ini sanggat membantu suatu keluarga dalam menghadapi kondisi pandemi ini. Wanita yang dikenal luwes dan cekatan dalam melakukan sesuatu. Sebagai mahasiswa dalam menghadapi Covid-19 banyak mengalami keluhan, seperti penelitian yang tidak berjalan, serta pembelajran yang tidak dapat bertatap muka. Dari hal tersebut, bukan menjadi alasan untuk tidak mengenyam pendidikan secara baik. Seharusnya membuat kita untuk dapat berpikir dan terus tetap berkarya dalam tersebut dapat dilaukan dengan mengembangkan teknologi. Pandemi Covid-19 sebagai sebuah seleksi alam, yang dimana ita harus mempunyai soft skill dan hard skill yang baik. Kualitas sebagai mahasiswa harus ditingkatkan dengan mengikuti organisai. Adapun soft skill yang dimaksud disini ialah tentang bagaimana kita menumbuhkan sifat kepemimpinan yang ada dalam diri untuk melakukan kolaborasi antar universitas agar dapat mengembangkan dan juga melakukan kerjasama antar universitas, serta komunikasi dan manajemen waktu. Kemudian, adapaun hard skill yang dimaksud, yakni mengolah komputer, memiliki keterampilan dalam menggunakan tekonologi, serta harus beradaptasi terhadap kemajuan teknologi yang terus berkembang.

 


 



-----------------------------------
BIODATA PENULIS




Putra Pratama Saputra. Berprofesi sebagai dosen Jurusan Ilmu Sosiologi UBB sekaligus Kepala Laboratorium Rekayasa Sosial Fisip UBB. Selain disibukkan dengan kegiatan akademik, disibukkan juga dengan futsal dan memancing.
 











You Might Also Like

0 komentar