2020 Akan Berlalu, Selamat Datang 2021

Desember 31, 2020

 Oleh: Hamdika Al Kahfi

(Mahasiswa llmu Tafsir UIN Sunan Gunung Djati Bandung)
  
 
Image Source: google.com

Angka hanyalah penanda yang membantu keberlangsungan hidup manusia. Tahun Masehi digunakan sejak 2020 tahun yang lalu, dan esok usianya bertambah menjadi 2021. Tetapi bukan berarti umur dunia baru berusia 737.664 hari, karena dunia sudah ada sebelum digunakannya kalender masehi.

Umur dunia sudah sangat tua, jika kalender yang kita gunakan merujuk pada angka awal dunia ini ada, maka akan sangat panjang jadinya angka tahun yang mesti ditulis, delapan dijit—atau lebih—angka mesti ditulis dalam kalender kita, sehingga bentuk kalender menjadi sangat besar atau berbentuk seperti persegi panjang yang lebar. Hilanglah keestetikaanya.

Berbagai peristiwa terjadi silih berganti, jutaan entitas lahir dan mati. Sejarah selalu terulang oleh aktor yang berbeda dalam panggung yang sama, yaitu bumi. Ada aktor antagonis dan ada pula protagonis, setiap orang mengambil perannya masing-masing, tidak ada peran yang mutlak, semua orang bebas berganti peran sesuka hati, semua hal itu dilakukan secara spontan tanpa kita sadari.

Resolusi menjadi wacana yang tak basi pada setiap pergantian tahun. Hanya implementasinya saja yang terkesan basa-basi. Setiap tahun kita berjanji untuk melakukan ini dan itu, tetapi mengingkari janji seolah menjadi hobi, hingga di penghujung tahunnya kita akan membuat janji yang sama, mengingkarinya lagi dan berjanji kembali, begitulah seterusnya, seolah kita berjanji untuk tidak melaksanakan janji, paradoks yang tak terhenti.

Dalam setiap perlombaan selalu ada pemenang. Kehidupan bagai perlombaan. Kemenangan tentu hanya diraih segelintir orang, jika semua orang menang, untuk apa diadakan perlombaan? Dengan begitu kemenangan menjadi berarti. Para pemenang kehidupan berhasil menaklukan berbagai rintangan, tantangan dan mengalahkan musuh bebuyutan yang tak lain adalah dirinya sendiri. Mereka mustahil melakukannya tanpa pengorbanan. Waktu, tenaga, pikiran, hingga keinginan pun dikorbankan. Sehingga resolusi yang mereka tetapkan terealisasi, tak ada janji yang mereka ingkari.


Sejatinya kita adalah aktor pada setiap masa, tak peduli angka yang melatarinya. Kita terus berjalan tanpa disadari, berjalan menuju kehidupan abadi yang dipisah oleh kematian. Para pemenang kehidupan akan berbahagia pada akhirnya, meskipun peluh, keringat, tetsan air mata hingga luka diderita mereka di dunia. Mereka meninggalkan dunia dengan mewariskan karya, menjadi manfaat bagi manusia. Tetapi perlu diingat, para pemenang sejati hanya mereka yang mengabdikan diri pada Tuhan yang asli, yaitu Tuhan yang mengetahui segala sesuatu secara rinci, dari jatuhnya dedaunan di musim semi, hingga interaksi semut hitam di dalam kegelapan. Mereka itulah pemenang di antara pemenang, yang melakukan segala perbuatan dengan berlandaskan perintah Tuhan.

Dengan demikian, kebahagiaan itu ada dalam kehidupan yang kita jalani. Tetapi yang paling sejati dan abadi adalah kebahagiaan dalam kehidupan yang akan kita jalani, kehidupan di mana keadilan ditegakan dalam arti yang sesungguhnya—tidak ada kezaliman—, di mana segala perbuatan mendapatkan balasan yang sempurna, kehidupan itulah yang menjadi destinasi setiap manusia—secara sukarela maupun terpaksa—, setiap detiknya kita sedang menuju ke sana, dan akan memasukinya melalui gerbang kematian. Dan yang menentukan kebahagiaan tersebut adalah Dia yang Maha Adil, yang Maha Mengetahui. Kita hanya berusaha melakukan terbaik sesuai dengan perintah-Nya dan berharap dapat beristirahat dengan tenang selama-lamanya.

Selamat tinggal 2020, Tahun di mana Tuhan menguji manusia dengan ke-mahakuasaan-Nya, menjadikan segala ilmu pengetahuan dan teknologi yang diraih manusia seolah tak berguna, karena tak berdaya di hadapan pandemi yang merupakan salah satu rancangan-Nya. Manusia seolah baru tersadar akan kekurangannya, menjadikan bertambahnya iman setiap yang percaya. Tetapi yang buta tetaplah buta, setelah menyaksikan ketidakberdayaannya, mereka tetap saja enggan mengakui keberadaan Tuhan. Semoga Tuhan memberikan hidayah kepada kita semua.

Selamat datang Tahun 2021, Suatu masa di mana berbagai harap dan asa bersatu dalam setiap kalbu. Berharap di tahun ini ada suatu keajaiban yang mengakhiri segala penderitaan. Pandemi di tahun yang lalu semoga berakhir di tahun yang baru. Kebiasaan-kebiasaan positif yang terbentuk dalam masa pandemi semoga selalu terpelihara oleh setiap diri dalam setiap keadaan, dan kebiasaan-kebiasaan negatif yang terbentuk dalam masa pandemi semoga segera terenyahkan. Semoga kita semua segera kembali ke keadaan normal yang asli, bukan new normal yang mengekang setiap jiwa, memperburuk keadaan setiap manusia. Tahun baru, koin baru. Semoga setiap dompet yang kehausan mendapatkan minuman, semoga semua pengangguran mendapatkan pekerjaan, semoga setiap usaha mendapatkan kejayaan, semoga setiap pelajar menjadi insan yang berguna, semoga kaum rebahan terbangun dari tidur panjangnya, semoga setiap rizki yang kita dapatkan selalu mendapat keberkahan, semoga segala kebaikan dapat abadi pada setiap zaman.
 
 
----------------------------------------

TENTANG PENULIS




Hamdika Al Kahfi, Mahasiswa IT (Ilmu Tafsir) di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Sedikit membaca banyak berpikir, pengen jadi orang sukses tapi males, idealis (biar keliatan kayak mahasiswa kritis bos), optimis, juga realistis.


You Might Also Like

0 komentar