DATANG UNTUK KEMBALI HILANG

Oktober 21, 2020

 

 
Oleh: Mawar Jingga Ing Purwani
(Mahasiswi Teknologi Rekayasa Perangkat Lunak POLMAN BABEL )


Sudah terlalu tinggi hati ini berharap, sia-sia saja selama ini. Alur cerita yang ia buat ku ikuti hingga ujung dan sampai akhirnya ia sendiri yang menghancurkan alur itu. Ia buat alur baru, tentunya bukan dengan ku lagi perannya. Ah sudah lah, aku muak dengan ini. Satu hal yang harus kalian ketahui, hati ini masih saja mengharapkan dirinya kembali kepelukan. Entah harus berapa tahun lamanya ku akan menantinya. Ku harap semesta merestui nantinya.

 

Pukul 19.00 WIB

Suara Nayla diujung telfon yang menggelegar hampir saja menghancurkan gendang telinga Jeje, malam ini Nayla brencana untuk berkumpul bersama Jeje, Kasih dan beberapa temannya Nayla.

“eh Je, ayokk buruan si Kasih udah nungguin lama”, gerutu Nayla

“iya ih sabaran Nay, ini lagi dijalan makanya jangan di telfon dulu”, ucap Jeje

Tak butuh waktu lama untuk Jeje sampai ke rumah Nayla, lalu mereka langsung bergegas kerumah Kasih. Mereka bertiga memilih untuk bersantai di salah satu cafe favoritnya Jeje, setelah sampai mereka langsung memesan makanan dan minumannya.

“eh iya Nay, katanya temen kamu mau ikut gabung juga”, tanya Kasih

“bentar lagi juga mereka sampai kok, santai aja dulu”, ucap Nayla

Sembari menunggu makanan dan minuman mereka sampai, mereka asik ngobrol dan tertawa bebas. Mereka memang sudah jarang bertemu, dikarenakan beda sekolah. Sempat satu sekolah waktu SMP, dan SMA yang berlainan. Mereka cukup akrab, makanya hampir setiap libur harus menyiapkan waktu untuk sekedar ngobrol bertiga.

“mbak ini pesanannya”, ucap pelayan cafe

            Cukup lama mereka menanti teman Nayla, hampir setengah makanan dan minuman mereka teman Nayla belum kunjung datang.

“Naylaaaaa,”

Ya ampun, suaranya 11 12 sama Nayla ternyata, hampir menghancurkan gendang telinga. Teman-teman Naya pun sampai, dan langsung memesan minuman dan makanan mereka.

“ahh, dia lagi”, kesal Jeje

Ada satu orang yang masih lekat dipikiran Jeje, dan lagi-lagi ia harus bertemu lagi dengan orang itu, menyebalkan sekali.

“haii Je, apa kabar”, tanya Rio

“baik”, balas Jeje cuek

Yaa Rio, dia lelaki yang pernah mendekati Jeje hingga akhirnya Jeje harus merelakan lelaki itu karena ia berselingkuh. Rasa sakit itu barulah akan hilang, dan lelaki itu kini muncul dihadapan Jeje. Setelah lama berbincang-bincang, penyanyi cafe itu menyanyikan lagu kesukaan Jeje. Ia tak menghiraukan orang disekitarnya lagi, ia asik menikmati nyanyian itu.


Baca Juga: SENAPAN DAN EKOR ANGIN.


Pukul 00.00 WIB

            Sudah sangat larut, asik berbincang membuat mereka lupa waktu. Mereka pun berpamitan untuk pulang. Malam ini begitu mengasyikkan, meskipun harus bertemu lagi dengan lelaki itu. Setelah mengabari Kasih, dan Nayla jika sudah sampai rumah, Jeje langsung masuk ke kamarnya. Merebahkan diri dikasurnya, dan memejamkan matanya. Ahh, niat ku untuk tidur tidak terlalu tepat. Ada satu lelaki lagi yang mengisi kepala ku, oh iya namanya Rendi. Humoris dan lesung pipinya begitu manis. Bayangan Rendi selalu saja menghantui ku.

 

            2 tahun kemudian...

            Hampir pecah kepala ku, memikirkan proker yang tak kunjung selesai. Besok dikampus ku akan ada ospek untuk mahasiswa baru.

“jee, besok banyak ketemu dede gemesss niii”, cibir Kasih

“apaan sih, udah mending kita pikirin gimana caranya kerjaan kita cepat selesai”, tegur Jeje

Keesokan paginya, banyak sekali mahasiswa baru yang diterima di kampus ku. Tapi tunggu sebentar, wajah itu tak lagi asing di pikiran ku. Bukankah itu Rendi? Ah apa aku tadi salah lihat?. Aku memutuskan untuk pergi ke WC sebentar untuk mencuci wajahku. Mana mungkin Rendi, dia kan kuliah di kampus lain. Mungkin pikirana ku saja yang sedang kacau, karena kelelahan menyiapkan persiapan untuk ospek bagi mahasiswa baru di kampus. Setelah calon mahasiswa itu sah menjadi mahasiswa di kampus ku, aku terus mencari Rendi. Nihil, tak  pernah ku temukan lagi. Besok di hari Sabtu, ada proker kampus dan aku pun ikut karena aku bagian panitia disana. Proker itu hampir sama dengan KKN tetapi ini ditujukan untuk mahasiswa baru serta mahasiswa lama yang minat mengikutinya, proker ini bertujuan untuk mengenalkan suatu Desa dan membuat suatu kenang-kenangan disana.

            Bus kami pun sampai ke Desa tujuan, satu minggu di sana hampir penuh tas yang ku isi dengan makanan ringan serta baju ganti. Hari pertama kami jalan-jalan mengeliingi Desa itu, memetik beberapa buah-buahan yang ditawarkan warga Desa. Hari pun berlanjut, beberapa acara telah dilaksanakan dengan semaksimal mungkin. Sebentar,  itu kan Rendi. Benar saja, ternyata mata ku sedari awal tak salah itu benar-benar Rendi.

“hmm, haii”, Jeje memberanikan diri untuk memulai obrolan kecil

“haii, siapa yaa?”, ucap Rendi

Ternyata Rendi lupa dengan ku, tak segan akupun bicara dengan Rendi. Rendi mengingat semuanya. “pikun juga ya aku”, ucapnya sambil tertawa

            Rendi mengulang kuliahnya, karena merasa tidak sesuai dengan jurusannya. Berawal dari obrolan kecil waktu di warung itu membuat kami menjadi dekat. Hingga akhir proker selesai, kami sering bertemu di kampus. Menghabiskan waktu berdua hampir setiap saat, rasa yang tumbuh semakin kuat saja. Aku yang terlalu perasa atau mungkin ia yang tak peka sama sekali. Rendi selalu meyakinkan ku untuk tetap berada di samping ku setiap saat. Apapun yang terjadi, yaa begitu lah ia selalu menguatkan hingga akhirnya ia sendiri yang membuat ku patah. Setelah cukup yakin, aku memberanikan diri menanyakan tentang perasaan Rendi kepadaku.

“Ren, aku mau nanya boleh kan?”, tanya Jeje

“iya tanya aja Je, mau nanya apa memangnya?”, ucap Rendi

“perasaan kamu ke aku gimana Ren?”

“hmm, maksud kamu Je?”

“aku udah terlanjur sayang sama kamu Ren”

“Je, aku tau mungkin aku buat kamu kecewa banget, tapi maaf aku ga bisa Je”

Aku diam, rasanya seperti ditusuk ribuan pisau. Mulut ku bungkam, tak mau bicara lagi.

            Tak pernah ku dapat kabar lagi darinya, entah kemana menghilangnya. Beberapa kabar lain ku dapat, ia pindah ke kampus lain lagi. Tak ada alasan yang pasti kerena tak mau menyakitiku atau ada hal lain. Ah entahlah, rasanya ada yang belum selesai, nyatanya ia sudah kembali hilang duluan. Kukira datangnya untuk sebuah kepastian, nyatanya datangnya hanya untuk kembali hilang. Sudah lah, tak mau lagi dan ku putuskan untuk menutup hati ini hingga ku temukan lagi, entah itu ia yang kembali atau yang lain sepertinya.

“aku akan tetap sayang sama kamu Ren”, batin Jeje.

 
---------------------------------

TENTANG PENULIS



Saya bernama Mawar Jingga Ing Purwani, yang lahir di Sungailiat pada 25 Januari 2000. Status saya sekarang sebagai seorang mahasiswi di salah satu Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung. Prodi saya yaitu Tekhnologi Rekayasa Perangkat Lunak. Saya anak pertama dari 2 bersaudara. Menulis cerpen merupakan salah satu kecintaan saya, mengapresiasikan isi dikepala dengan pandangan yang fiksi. Ingin bercita-cita menjadi salah satu penulis cerita di Bangka Belitung dan dikenal banyak orang. Banyak yang ingin dikerjakan, salah satunya menjadikan motivasi untuk banyak orang melalui tulisan dan cerita yang dibuat. Mencoba mengapresiasikan isi kepala banyak orang, mencoba menerka rasa satu persatu.

You Might Also Like

0 komentar