Toxic Relationship: Ketika Kamu 100% Seutuhnya Milikku

Maret 23, 2020

Oleh: Ragil Fitri Rahayu
(Mahasiswi Ilmu Politik UBB)
Credit : @toxicrelationship_poz

         Cinta adalah hal yang paling manusia butuhkan, sebagai makhluk sosial tentu saja tidak terlepas dari adanya hubungan ketergantungan oleh satu sama lain baik hubungan dengan teman, keluarga, orang tua, ataupun hubungan bersama lawan jenis ketika dua orang yang saling memilih sebagai untuk menjadi pasangan --sederhananya berpacaran. Di samping itu, sebenarnya hubungan seperti apa yang sudah kalian rasakan? Apakah sepenuhnya kalian sudah merasakan kenyamanan? Merasa terlindungi? Atau jangan-jangan kalian malah merasakan kepedihan, penderitaan, dan merasa tertekan? silakan dipertanyakan kembali pada diri kalian masing-masing.

Pada dasarnya jika seseorang sudah merasakan ketidaknyamanan dengan pasangannya lantaran berbagai problematika percintaan yang hadir ditengah-tengah perjalanan, tentunya seringkali akan menimbulkan perasaan seseorang menjadi cenderung depresif. Memanglah wajar suatu hubungan terkadang dihadapkan pada kedaan-keadaan yang sulit, atau kita kilas balik dengan perkataan Pat Kay “Begitulah cinta deritanya tiada akhir”. Namun, hal ini akan menjadi tidak wajar ketika salah satu dari pasangan bersikap serba berlebihan. “Wajar curiga, tapi bukan curiga yang tak wajar, itu hanyalah akan membuat aku jadi hilang rasa, wajar cemburu tapi bukan cemburu yang tak wajar, itu hanya akan membuat kita saling bertengkar, haruskah ku jadi orang berbeda hanya untuk membuatmu bahagia, jangan lakukan hatiku bisa jadi tertekan”. Nah, disamping merupakan penggalan lirik lagu dari chintya Gabriella yang cukup dijadikan penghantar bagi kalian yang merasakan adanya sosok pasangan yang memperlakukan kalian seolah-olah dia adalah Tuhan yang harus di patuhi segala kehendaknya dan menjauhi apa-apa yang menjadi larangannya, Wah! Ini menunjukan bahwa hubungan kalian sudah menjadi tidak sehat lagi atau sebutannya hubungan yang beracun alias Toxic Relationship. Bagaimana? Coba tanyakan lagi dengan diri kalian masing-masing.
Di dalam suatu hubungan yang Toxic, biasanya ada satu diantara pasangan kalian yang terlihat lebih mendominasi, sedangkan dalam posisi ini seharusnya kamu dan pasanganmu memiliki kedudukan yang setara alias sama dimata dunia, karena kalian adalah partner yang sudah seharunya bekerja sama untuk mewujudkan hubungan yang sehat hingga dapat mengantarkan kalian pada janji-janji suci pernikahan, bukankah begitu esensi seseorang membangun hubungan bersama orang-orang yang dicintainya? bukan malah mewujudkan hubungan yang mengandung racun seperti rasa risih, tekanan, dan air mata tentunya.


 Hubungan yang lebih mendominasi dari sebelah pihak dapat menimbulkan hubungan yang berorientasi pada keegoisan, salah satu dari kalian tidak akan mementingkan perasaan pasangan dan lebih mementingkan hal yang benar menurutnya. Pernahkah pasangan kalian turut andil dalam mengatur kehidupan dalam ranah yang lebih privasi? Misalnya saja dia harus serba tahu semua sandi akun medsos-mu atau yang lebih ekstremnya kamu harus membuat laporan terlebih dahulu saat kamu hendak berpergian? atau dia turut campur dalam memberi batasan dalam berteman contohnya kamu tidak dibolehkan berteman dengan laki-laki, bahkan sampai mengatur isi kontakmu terlepas menyimpan nomor telepon lelaki lain haram baginya, silakan ditanyakan kembali. Jika yang terjadi demikian, maka pantas disebut hubungan yang sedang kalian jalin adalah hubungan yang beracun, sebab akan berbahaya bagi mentalmu yang mungkin lebih merasa terkekang dan dihantui bayang-bayang kekasihmu yang dapat berakibat pada hilangnya rasa percaya terhadap pasangan, dan bisa saja salah satu diantara kalian akan lebih banyak berbohong sebagai bentuk tindakan yang menurut kamu tepat diambil agar meminimalisasi terjadinya sebuah permasalahan antara kamu dengan pasanganmu. Bukankah tidak baik jika suatu hubungan yang dibangun berlandaskan dengan pondasi kebohongan?

Dalam bukunya “The Art Of Loving” Erich Fromm menyatakan ada lima syarat sebagai konsep tentang cinta yang positif diantaranya adalah :
  • Perasaan
  • Pengenalan
  • Tanggung jawab
  • PerhatianSaling menghormati
 Bagaimana menurutmu? apakah kamu dengan pasanganmu sudah berada pada mode syarat cinta yang positif?
Ketika kamu berada pada kondisi hubungan yang sudah tidak sehat, lantas apakah kamu bimbang untuk memilih mempertahankan atau memilih untuk  mengakhirinya? Jika kalian masih berfikir bahwa ini merupakan karakter yang dimiliki pasanganmu dan kamu berharap suatu saat sikap pasanganmu yang seperti ini akan berubah, maka bersegeralah untuk menghitung-hitung jumlah kebahagiaan dan kesedihan yang sudah kamu dapatkan darinya, kemudian kamu pertimbangkan kembali dan tetapkan pada hatimu apakah berada pada zona hubungan yang toxic seperti ini kamu dapat terus bertahan atau malah sebaliknya dan keputusan final berada pada pilihan-pilhan yang telah kamu tetapkan.





---------------------------------
BIODATA PENULIS



Ragil Fitri Rahayu, seorang mahasiswi yang selalu bingung saat di tanya cita-cita, dari hari ke hari cita-citaku masih berubah ubah dari menjadi dosen, konsultan politik, ibu kemenkumham hingga sekarang pengin jadi queen of the moon saja, gak tau besoknya mau jadi apalagi, salam kritis dan penuh cinta sekian Terimakasih. 

 Ig: @rglftrr


You Might Also Like

0 komentar